Animo masyarakat terhadap program kehamilan kini cukup besar. Banyak pasangan muda yang padahal baru menikah namun sudah giat konsultasi ke dokter kandungan guna melakukan promil. Hal ini disebabkan banyaknya informasi seputar bayi tabung yang sudah bisa didapatkan pasangan muda dari berbagai media. Lalu apa lagi yang membuat fenomena bayi tabung atau bahasa medisnya IVF (in vitro fertilization) ini sudah tidak asing lagi sekarang.

Keterbukaan klinik kesuburan terhadap informasi seputar kehamilan juga sudah semakin besar, sehingga masyarakat tidak memandang bayi tabung sebagai momok yang menakutkan. Salah satunya Klinik Morula IVF Indonesia. Didirikan sejak 1997 sebagai bagian dari RS Bunda jakarta, kini telah berkembang menjadi jejaring layanan bayi terbesar di Indonesia. Bahkan tahun 2017, Morula IVF Indonesia telah melayani 3600 pasien program bayi tabung pertahunnya dan memberikan kontribusi 40% dari seluruh layanan dari klinik bayi tabung di seluruh indonesia.

Prof. DR. dr. Soegiharto Subianto, SpOG dari Morula IVF mengakui bahwa antusiasme pasangan suami istri terhadap promil (program hamil) kini cukup besar. Perbedaan itu dia lihat dari faktor usia pasangan yang datang ke klinik untuk konsultasi. Tadinya kebanyakan pasangan suami istri yang berencana program hamil rata-rata usianya di atas 35 tahun bahkan 40 tahun, namun kini di bawah 30 tahun pun banyak yang sudah ikut program IVF di Morula.

Prof. Soegiharto dari Morula IVF Indonesia 

Hal itu tentu membuat tingkat keberhasilan bayi tabung semakin besar. Walaupun Profesor menegaskan bahwa parameter keberhasilan IVF bukan usia, banyak faktor yang menentukan jadinya sebuah bayi tabung. Namun Prof Soegiharto membenarkan bahwa sel telur wanita sangat mempengaruhi program hamil ini. Dan sel telur pada wanita pertumbuhannya tidak sama seperti sperma laki-laki.

“Sel Telur Perempuan itu dibuatnya pada saat ia di dalam kandungan usia 5 bulan. Setelah itu gak dibuat lagi indung telur. Kalau laki-laki setiap 3 hari dibuat sperma baru, itu bedanya. Jadi umur ibu ini 40, sel telur itu udahumur 40 juga, dan berkurang berkurang berkurang terus,” jelas Prof. Soegiharto.

Sehingga semakin tua usia ibu makin sedikit sel telur yang ada, dan kemungkinan keberhasilannya semakin kecil dibandingkan jika ibu promil di usia yang lebih muda. “Misalnya tadinya sel telurnya sebanyak 2 juta, lalu memasuki massa menstruasi berkurang jadi sekitar 500.000, lalu di atas usia 35 tahun mungkin tinggal 800an saja,” tambah Profesor.

Belum lagi si ibu juga bisa memiliki lebih banyak anak jika usianya masih belum terlalu tua, jadi memang lebih banyak keuntungan jika promil IVF ini dilakukan pasangan suami istri di usianya yang masih tergolong muda.

Apa Syarat Utama Promil di Morula?

Ternyata kesadaran pasangan muda terhadap program hamil memang meningkat yah. Buktinya cerita Ibu Atina, yang memulai program hamilnya di usia 28 tahun. Kesempatan untuk memiliki anak lebih cepat tidak disia-siakan oleh Ibu Atina.  Dia mengaku baru 1,5 tahun menikah dan langsung konsul dengan profesor Soegiharto tentang program bayi tabungnya. Dan bayi Ibu Atina dinobatkan sebagai bayi ke-3000 yang lahir melalui program IVF di Morula Jakarta.

Sebelum menjelaskan hal teknis ketika menjalani program bayi tabung, Atina menceritakan ada satu syarat mutlak saat dia memutuskan untuk promil di IVF Morula. Apa itu, “Di Morula Kalau mau program yang diminta pertama kali adalah surat nikah, itupun bukan yang dari gereja, tapi dari catatan sipil, yang ada logonya,” terang Atina yang menjelaskan betapa ketatnya peraturan administrasi tersebut.

Prof Soegiharto pun membenarkan bahwa syarat utama program hamil di Morula IVF adalah suami istri yang sah dan legal menurut agama dan negara. Yang pastinya berbeda dengan program bayi tabung di luar negri yang kebanyakan membolehkan terjadinya donor sperma bahkan bebas untuk semua pasangan yang belum menikah sekalipun. “Itu kan zinah, kita tidak bisa seperti itu,  karena tetap semuanya telah diatur oleh undang-undang, permenkes, jadi legal,” tegas Prof. Soegiharto.

Setelah surat-surat lengkap ada lagi kekhawatiran yang biasanya dirasakan oleh ibu yang ingin promil, yaitu, sakit gak sih?. Karena seperti yang kita ketahui pastinya akan banyak tahapan yang akan dilakukan ibu yang melakukan program bayi tabung ini. Dari mulai stimulasi indung telur, USG (Ultrasonography), sampai menyuntikkan obat ke perut adalah beberapa tahapan yang mesti dilakukan ibu.

Namun ternyata tidak seseram yang dibayangkan, beberapa tindakan tidak sepenuhnya sakit. “Menurut saya sakit, tapi tidak menyakitkan, karena belum pernah mengalami sebelumnya, jadi nggak biasa aja, nggak nyaman aja,” terang Atina ketika ditanyakan seberapa sakit proses bayi tabung. Meski begitu bagi ibu yang akan menjalankan program bayi tabung, disarankan untuk mempersiapkan mental dan pikiran. Yang terpenting jangan stres, karena stres sangat mempengaruhi kelancaran reproduksi seorang perempuan. Dan satu lagi, hindari rokok dan alkohol, karena keduanya bisa mempersulit program Bayi Tabung Anda.

LEAVE A REPLY