Halo, Bunda? Bagi setiap pasangan, anak merupakan karunia terindah dalam pernikahan. Bahkan sebagian besar pasangan merasa tidak sabar menunggu momen bahagia itu datang. Sebab kelahiran sang buah hati akan menjadi pelengkap dalam keluarga. Setiap orang tua pasti akan merasa sangat bahagia ketika pertama kali melihat buah hatinya lahir ke dunia. Karena anak adalah salah satu hal yang paling ditunggu dalam setiap pernikahan, bukan?

Namun, yang perlu untuk kita ketahui bahwa menjadi orang tua berarti kita memiliki tanggung jawab baru ya, Bunda. Selain memperhatikan tumbuh kembang sang buah hati, tentu kita juga harus mempersiapkan dana kehidupannya untuk ke depan. Ada banyak hal yang harus Bunda dan suami perhatikan setelah memiliki anak, terutama dari segi finansial nih, Bunda.

Itulah sebabnya mengapa Bunda dan suami harus melakukan perencanaan keuangan dengan baik dan matang. Ketika telah memiliki anak, Bunda dan suami menjadi tidak kewalahan atau kekurangan biaya. Apalagi masalah finansial ini bisa menjadi masalah yang cukup sensitif. Jika Bunda dan suami tidak dapat mengaturnya dengan baik, maka bukan tidak mungkin dapat mengganggu keharmonisan rumah tangga, lho!

Lalu dana apa saja sih yang perlu disiapkan setelah memiliki anak? Simak ulasan kami berikut ini ya.

Menurut Dian Savitri, Founder Investingmom.id dalam rangkaian acara 2nd Anniversary and International Baby Wearing Week 2021 Belajar Menggendong, setelah memiliki anak akan banyak sekali perubahan atau pengeluaran yang terjadi. Mungkin sebelum ada anak pengeluaran untuk membeli fashion, melakukan hobi serta liburan masih terasa longgar bagi Bunda dan suami. Tetapi setelah memiliki anak ada banyak sekali hal yang harus Bunda perhatikan seperti dana kesehatan serta dana pendidikan untuk sang buah hati. Bunda dan suami harus benar-benar mempersiapkan dana kebutuhan anak dengan sebaik mungkin. Tentu sebagai orangtua kita selalu ingin yang terbaik untuk anak kita ya.

Lantas, bagaimana cara mengatur keuangan setelah memiliki anak?

Untuk mengatur keuangan setelah memiliki anak bisa Bunda lakukan opsi berhemat selama masa kehamilan, nih. Salah satunya ialah Bunda harus memanfaatkan fasilitas kesehatan seperti misalnya BPJS serta asuransi yang Bunda miliki di tempat kerja. Namun, apabila dana pengeluaran tersebut tidak tercover oleh fasilitas kesehatan selama masa kehamilan, maka Bunda bisa datang ke klinik terdekat atau ke bidan di daerah Bunda saja untuk menghemat biaya. Selain itu, apabila Bunda ingin ada kegiatan selama hamil, maka juga bisa ikut konten-konten gratis senam hamil lewat YouTube misalnya. Perhatikan juga opsi kegiatan syukuran dan lakukanlah maternity foto secukupnya saja, sebab hal juga ini bisa menyebabkan biaya kehamilan menjadi bengkak nih, Bunda jika tidak diatur dengan baik.

Selain melakukan opsi berhemat selama masa kehamilan, Bunda juga bisa lakukan opsi berhemat saat melahirkan, nih. Sama seperti masa kehamilan, Bunda bisa memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia. Dan apabila tidak ada masalah maka lebih baik pilih opsi melahirkan secara normal supaya biayanya lebih hemat ya, Bunda.

Nah, ketika si bayi sudah lahir maka Bunda harus Spending Mapping dan Priority. Bunda dan suami harus bisa membedakan mana yang prioritas dan mana yang bukan. Penting sekali bagi Bunda untuk mengenali yang mana kebutuhan dan mana keinginan. Seperti apa yang dikatakan oleh Dian Savitri, MM. CFP, Founder Investingmom.id bahwa kebutuhan anak itu sebenarnya ada banyak sekali, tetapi kita tidak bisa membeli semuanya untuk memuaskan keinginan. “Kita tahu bahwa kebutuhan anak tuh banyak banget dan lucu-lucu, kayak semuanya pengen. Tempat makan lucu, tempat mandi lucu, tempat main lucu. Semuanya lucu gitu, semuanya pengen. Tapi kalau semua keinginan kita dituruti nggak akan ada habisnya,” katanya.

Memang benar, jika kita menuruti semua keinginan kita memang tidak ada habisnya. Oleh sebab itu, jangan semua keinginan kita beli ya, Bunda. Apalagi dalam jumlah yang besar. Ini biasanya hal yang paling sering terjadi pada ibu baru. Padahal seringkali benda yang kita beli hanya terpakai sebentar, misalnya saja pakaian. Bayi itu cepat sekali besar. Bisa saja baru umur 3 bulan, tetapi sudah memakai baju untuk umur 6 bulan. Nah, untuk meminimalisir pengeluaran agar tidak membengkak, kita juga bisa menggunakan pakaian atau benda yang diwariskan dari saudara misalnya seperti kain, alas ompol maupun popok. Atau benda lainnya seperti stroller bayi milik keluarga yang sudah tidak terpakai tetapi masih bisa untuk digunakan.

Lalu langkah selanjutnya selama masa imunisasi anak, Bunda juga bisa  cek fasilitas kesehatan di tempat kerja apakah memiliki benefit untuk mengcover imunisasi yang non-wajib atau tidak. Nah, apabila tidak ada maka Bunda cukup imunisasi di posyandu dengan prioritaskan imunisasi yang wajib dari pemerintahan saja. Baru jika budget yang Bunda miliki mencukupi, maka boleh juga ditambahkan munisasi yang lain, di luar imunisasi yang wajib dari pemerintah.

Selain itu, apabila Bunda bekerja, maka pertimbangan banyak hal sebelum memutuskan untuk resign ya. Bunda harus cek dulu income Bunda dalam kontribusi keuangan keluarga. Apabila kontribusi Bunda 50% dan suami juga 50% maka di sini income Bunda dalam membantu keuangan keluarga cukup besar. Jika Bunda memutuskan untuk resign dari tempat kerja, maka pemasukan 50% itu tentu akan hilang. Pasti akan terjadi banyak tekanan untuk pengeluaran. Namun, apabila kontribusi Bunda hanya sedikit saja misalnya hanya untuk kebutuhan pribadi Bunda saja dan kontribusi suami lebih besar sebagai pencari nafkah utama, maka Bunda bisa lebih santai ketika memutuskan untuk berhenti bekerja.

Mengapa Bunda perlu mempertimbangkan banyak hal sebelum memutuskan untuk resign? Sebab di sini akan ada banyak hal yang harus Bunda dan suami persiapkan, misalnya saja untuk jangka pendek ada dana darurat dan dana pribadi sekolah anak TK atau SD. Lalu jangka menengah misalnya Bunda dan suami ingin memiliki rumah dan kendaraan. Untuk jangka panjang ada biaya sekolah anak SMA. Dan jangka yang sangat panjang ada dana pensiun serta biaya kuliah anak. Semua itu harus diatur dengan baik oleh Bunda dan suami. Sebab kalian membangun rumah tangga bersama-sama.

Biaya Sekolah Anak

Dan untuk mengelola biaya sekolah anak Dian Savitri, MM. CFP, mengatakan bahwa pertama Bunda harus melakukan survey terlebih dahulu biaya sekolah pada saat ini dan tahun sebelumnya. Kedua, hitung biaya di masa depan (tahun ajaran anak). Ketiga, cek tabungan saat ini yang sudah Bunda miliki sudah ada berapa. Dan keempat, hitung dana yang dibutuhkan bila dikumpulkan saat ini. Misalnya seperti contoh yang sudah diberikan oleh Dian Savitri, MM. CFP, Founder Investingmom.id, biaya pendidikan tahun 2020 Rp. 30.000.000 dan inflasi kenaikannya 8% per-tahun, maka biaya pendidikan di tahun 2030 yaitu sekitar Rp. 64.800.000 nih, Bunda. Nah, dengan asumsi tabungan Bunda yang belum ada, maka dana yang bisa dikumpulkan saat ini ialah Rp. 235.333 per-bulan. Semakin dini dikumpulkan maka akan semakin terjangkau ya, Bunda.

Lalu sebenarnya untuk uang pendidikan kita harus menabung berapa persen mengingat semakin lama semakin besar biayanya? “jangan memberatkan, karena sebetulnya secara prioritas yang lebih penting justru dana daruratnya, lalu yang kedua dana pesniun karena kita semakin menua,” jawab Dian Savitri. Jadi sebaiknya seberapa persen? Sebetulnya syaratnya itu minimal 10% saja dari pemasukan kita untuk dana pendidikan. Namun kita perlu tahu mana yang paling penting ya Bun, jangan sampai dana yang seharusnya tidak keluar malah kita keluarkan secara tidak bijak.

Bagaimana Bunda? Apakah sudah memiliki perencanaan keuangan yang baik? Jika belum, ayo segera lakukan perencanaan keuangan agar berbagai kebutuhan anak bisa terpenuhi. Oh iya, Bunda bisa mendapatkan info seputar perencanaan keuangan dengan mengunjungi Instagram @investingmom.id. Semoga artikel ini bermanfaat ya, Bunda.

LEAVE A REPLY