Ditulis oleh : Nita Fahri Fitria

Sebuah ringkasan bincang interaktif di Instagram live Bersama katabunda.com

Tahun 2020 sepertinya menjadi tahun emas untuk drama Korea di Indonesia. Meski sebetulnya kepopuleran drama, film, hingga musik yang berasal dari Negeri Ginseng tersebut sudah cukup lama merajai pasar dunia hiburan negeri tercinta sejak awal tahun dua ribuan. Bedanya di tahun pandemi ini, orang yang dulu tidak suka atau bahkan tidak pernah nonton pun jadi suka dan keranjingan menonton drama Korea. Hingga tahun 2021 ini, gelombang antusiasme masyarakat kita terhadap drama Korea seperti makin tak terbendung lagi. Uniknya, penonton drama Korea kini tak hanya tersegmentasi pada remaja hingga wanita muda usia 20-an, tapi ibu-ibu, bahkan bapak-bapak. Pertanyaannya, apa sih yang membuat drama Korea alias drakor ini diminati?

Jika dulu orang menonton drama Korea karena pilihan selera, maka kini drama Korea menjelma menjadi sebuah solusi di tengah kejenuhan masyarakat modern terhadap tayangan televisi yang begitu-begitu saja. Terlebih saat ini banyak kanal televisi langganan yang turut menayangkan drama Korea, sehingga kita makin mudah mengaksesnya. Kualitas cerita dan akting para pemain, hingga latar tempat yang memanjakkan mata menjadi daya tarik yang tak terbantahkan. Kali ini popularitas drakor tidak hanya melejit karena pemainnya yang cantik dan ganteng, tapi juga genre yang semakin beragam. Variasi latar cerita inilah yang membuat penonton semakin terpikat dengan drakor karena mereka bebas memilih drama apa yang ingin ditonton sesuai seleranya. Mau drama romance ada, komedi ada, misteri ada, horor ada, termasuk drama tentang kehidupan sehari-hari yang sarat makna pun ada. Jadi sangat wajar jika masyarakat kita makin jatuh hati pada drama Korea. 

Apakah ada hal lain yang membuat masyarakat Indonesia menggemari drama Korea? Tentu saja ada. Sebagai sesama Negara Asia, Korea dan Indonesia punya banyak kebudayaan dan tata cara hidup yang mirip. Contohnya bagaimana masyarakat Indonesia dan Korea sama-sama menjunjung tinggi rasa hormat terhadap mereka yang lebih tua, penggunaan baju adat saat ada momen khusus, termasuk makanan pokoknya pun sama, yaitu nasi. Sama seperti dua insan yang bisa dengan mudah saling jatuh cinta saat menemukan banyak kesamaan sifat dan minat, maka begitu pula dengan kemiripan budaya yang membuat masyarakat kita kian candu dengan drama Korea. 

Kondisi pandemi yang berlangsung di Indonesia juga menjadi salah satu faktor pemicu makin melangitnya pesona drama Korea di negeri tercinta. Bagi sebagian orang yang terbiasa punya mobilitas tinggi, menghabiskan 24 jam penuh di rumah tentu sangat menantang. Bahkan ibu-ibu yang sudah terbiasa menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah pun dilanda kejenuhan saat anak dan suaminya berada di rumah seharian. Jika biasanya ibu-ibu punya me time saat anak sekolah dan suami bekerja, maka kali ini lain ceritanya. Kejenuhan yang menumpuk itulah yang pada akhirnya membuat orang-orang tertarik untuk mencoba menonton drama Korea. Apalagi di era digital ini, informasi tentang drama Korea makin gencar saja. Sehingga tidak heran jika makin membuat publik penasaran dan ingin ikut menonton. 

Mari kembali bicara soal jalan cerita dan pesan yang ingin disampaikan penulis pada setiap produksi drama Korea. Saat ini drakor memang menjelma menjadi sarana untuk membagikan pesan akan isu tertentu. Contohnya pada drama ‘Search : WWW’ yang dibintangi oleh Im Soo Jung yang menampilkan tiga pemeran utama wanita yang seolah berusaha menentang sistem patriarki khususnya di Korea. Dalam drama tersebut digambarkan ketiga tokoh sebagai gambaran wanita masa kini yang kuat, mandiri, cerdas, dan punya kehendak bebas atas dirinya sendiri. Mereka berusaha melawan pandangan stereotipe terhadap perempuan yang sering dianggap lemah dan kurang kompeten di bidang pekerjaan. 

Tentu saja ada deretan drama lain yang punya banyak nilai positif ketika ditonton contohnya Reply 1988 yang sarat akan nilai kekeluargaan dan persahabatan, Itaewon Class yang jalan ceritanya bisa membakar semangat orang-orang yang berjuang dari nol, juga Birthcare Center yang membuat kita turut larut dalam cerita tentang perjuangan para ibu pasca bersalin. Seperti yang telah disampaikan di atas, saat ini jalan cerita drakor memang makin beragam dan makin banyak pula nilai kehidupan yang bisa dipetik darinya. 

Sisi Negatif Drama Korea

Pertanyaan berikutnya yang mungkin juga hadir di benak kita adalah, “Apakah drama Korea sebegitu bagusnya? Adakah sisi negatif dari drakor?” Jawabannya : tentu saja ada. 

Drama Korea sama saja dengan berbagai hal lain di dunia ini yang selalu punya dua sisi, positif dan negatif. Beberapa budaya negara kita dan Korea mungkin mirip, tapi ada juga yang jauh berbeda. Contohnya, di Korea minum minuman beralkohol adalah bagian dari tradisi, makanya mereka sampai punya tata cara tersendiri saat minum dengan orang yang lebih tua. Sementara di Indonesia, khususnya bagi masyarakat yang menganut agama Islam, tentu saja minum minuman beralkohol adalah sesuatu yang dilarang. Adegan minum-minum adalah adegan yang hampir selalu ada dalam drakor. Dan sudah terbukti bahwa kecintaan para penggemar pada drama dan selebriti Korea membuat mereka juga ingin mengikuti apa yang dimakan dan diminum oleh idolanya. Bahkan akhir-akhir ini sampai ada yang memproduksi soju halal.

Inilah salah satu problem yang patut kita perhatikan. Beberapa adegan dalam drakor mungkin dianggap biasa jika ditonton oleh orang dewasa yang sudah punya pandangan yang ajeg terhadap nilai-nilai agama dan moral. Tapi bagaimana jika ditonton oleh remaja yang belum cukup kuat pembentukan konsep dirinya? Ada banyak kasus remaja yang melakukan diet ekstrem demi terlihat langsing seperti idolanya, ada juga yang rela menghabiskan uang jajannya untuk membeli berbagai aksesoris yang berkaitan dengan idolanya atau untuk mengikuti kegiatan komunitas fans. Dampak lain? Tentu saja ada dan cukup banyak untuk disebutkan satu persatu di sini. 

Alih-alih menghitung banyaknya dampak negatif dari menonton drama Korea, mari kita fokus saja pada solusi yang bisa diupayakan. Jika di rumah kita ada remaja yang mulai tertarik menonton drakor, maka pastikan terlebih dahulu bahwa apa yang mereka tonton memang sesuai dengan usianya. Biasanya dalam sinopsis drama akan disebutkan rating usia dari drama tersebut. Kita juga perlu ikut menonton atau minimalnya tahu jalan cerita dan konflik yang diangkat dalam drama tersebut, lalu diskusikan hal-hal yang menurut kita berpotensi menimbulkan kebingungan pada anak. Misalnya dalam drama tersebut ada adegan kekerasan yang dilakukan oleh tokoh utama dalam upaya membalas dendam, kita bisa membahas hal tersebut dari sudut pandang agama dan membimbing anak untuk mencari alternatif lain jika hal yang sama terjadi pada dirinya. Kita bisa menguatkan bahwa adegan balas dendam ini diciptakan supaya dramanya seru, tapi coba bayangkan jika itu benar-benar terjadi dalam kehidupan nyata, apa konsekuensinya? 

Ya, seperti yang sering tertulis pada panduan penonton saat drama akan ditayangkan : Kebijaksanaan penonton amat diperlukan. Terlepas dari apapun yang kita tonton dan cerita apa yang ditampilkan dalam drama, pada akhirnya dampak dari tontonan itu bisa menjadi positif atau negatif tergantung dari bagaimana kita mengolahnya.

Last but not least, pertanyaan paling menarik adalah, “Apa drama Korea favorit saya?” Wow tentu saja banyak sekali. Ada Reply 1988, Prison Playbook, Hospital Playlist, Romantic Docotr Teacher Kim, Voice 1,2,3, Criminal Mind, Birthcare Center, Itaewon Class, Moon Lovers : Scarlet Heart Ryeo, dan banyak lagi. 

Apa yang Membuat Mba Nita Tertarik dengan Drakor

Lalu kami juga mewawancarai Mba Nita terkait dengan perhatiannya seputar Drama Korea, dan berikut hasil wawancara Kata Bunda dengan Nita Fahri Fitria.

-Mulai kapan Mba Nita tertarik dengan Drama Korea dan kenapa tertarik dengan drakor, apa alasannya?

Sekitar tahun 2003 atau 2004 drama yang ditonton saat itu A Jewel in the Palace dan Full House, dulu nontonnya di Indosiar. Kalau Full House awalnya karena ikut-ikutan kakak, kalau Jewel in the Palace karena tertarik dengan jalan ceritanya. Jadi meski episodenya panjang dan tayang sore hari berkejaran dengan waktu menyelesaikan PR, ya dibela-belain tetap nonton. Hehe.

-Bagaimana menanggapi kecanduan drakor, dimana seseorang merasa sulit untuk berhenti menonton drama korea? apa solusinya?

Saya pernah mengalami ini saat kuliah, dulu bisa sampai bergadang semalaman demi menamatkan drakor. Sekarang setelah menikah jadi lebih tertata karena sadar akan tanggung jawab yang diemban saat ini. Jadi solusi utamanya memang di kemampuan regulasi diri, kita harus punya prioritas dan membuat aturan yang ketat untuk diri sendiri. Jadikan drakor sebagai reward untuk diri sendiri, misal kalau sudah selesai semua kerjaan saya boleh nonton 1 episode. Selain itu, menonton drama on going juga bisa menjadi solusi karena kan tayangnya hanya seminggu satu atau dua kali. 

-Apa Drama korea yang bagus untuk menjadi referensi orang tua khususnya Ibu yang terdapat nilai-nilai positif dan bisa diambil manfaatnya? 

Sejauh ini drama keluarga terbaik menurut saya adalah Reply 1988. Di sana digambarkan 5 keluarga dengan pola asuh yang berbeda-beda, jadi karakter anaknya juga beda-beda. Tapi yang pasti di drama ini benar-benar digambarkan bagaimana konflik orang tua dan anak yang sangat relate dengan kehidupan nyata, termasuk bagaimana cara bagi anak dan orang tua untuk berdamai dengan segala situasi. 

-Apa hal yang bisa diadopsi dari Drama Korea untuk Drama pertelevisian tanah air?

Keseriusannya dalam menggarap sebuah produksi mungkin ya. Karena kalau dari jalan cerita sebetulnya banyak sinetron Indonesia yang sudah bagus, hanya kadang akhirnya terlalu mengikuti pasar jadi yang harusnya tamat eh malah jadi ribuan episode. Termasuk keseriusan dalam menata setting tempat dan properti supaya terasa lebih real (memang ini soal budget juga sih akhirnya ya, hehe). Dan keragaman profesi tokoh utama juga sepertinya bisa dicoba supaya lebih menarik, jangan pengusaha yang kerja kantoran terus tokoh utamanya.

Terima kasih Mba Nita atas ulasan dan jawaban terkait drama Korea yang membuat kita paham mengapa K-Drama ini kini booming sekali. Tak bisa kita pungkiri rasanya Drakor saat ini telah menjadi asupan Ibu sehari-hari, selain penggarapan di setiap serial benar-benar totalitas, kita juga bisa mengambil nilai-nilai  kehidupan dari Drakor. Walaupun ingat tetap ada sisi negatifnya, yang sebaiknya kita hindari. Untuk itu tetap bijak dalam menonton Drakor ya Bun! 

LEAVE A REPLY